Jumat, 05 Juli 2013

SANDAL PUTUS ROMLAH



 By: Janti Fitri


Perjalanan ke pasar memakan waktu sebentar. Jarak antara pasar dan rumah memang tidak jauh, tetapi juga tidak dekat untuk ditempuh. Apabila naik ojek, perjalanan ke pasar hanya di tempuh dalam waktu 5 menit. Tetapi jika berjalan kaki membutuhkan waktu 15 menit.
Tetapi perjalanan ke pasar dengan ojek bukanlah hal yang biasa dilakukan oleh Romlah. Romlah lebih memilih untuk berjalan kaki dengan alasan:
1.  Hemat! Dengan uang Rp. 4.000,00 jatah ongkos ojek dapat digunakan Romlah untuk membeli 2 bungkul bawang putih yang berharga Rp. 3.000,00 dan 1 bungkus kecap manis.
2.  Romlah harus mampir untuk mengambil uang di ATM dan Romlah tidak mau merugikan waktu tukang ojek yang seharusnya sudah mampu untuk mendapatkan penumpang yang lain selama dia harus menunggu Romlah mengantri di ATM saat tanggal gajian.
3.  Romlah ingin tetap mempertahankan tubuhnya agar tetap langsing dan singset walaupun sudah berumur 30-an tahun. Dengan jalan kaki, Romlah berpendapat bahwa dia mampu membakar lemak-lemak di tubuhnya yang akan tetap membuatnya sehat.
Jadi, walaupun banyak tukang ojek yang memaki-makinya karena tidak mau memakai jasa mereka, tetapi si Romlah tetap pada pendiriannya.
Dan seperti hari sabtu biasanya, Romlah berjalan kaki ke pasar dengan menggunakan sandal barunya yang dibeli melalui home shopping.
Di hari yang cerah itu, Romlah berjalan dengan santai menuju ke ATM yang terletak di depan sebuah lapangan dan mulai mengantri. Cukup lama juga Romlah mengantri karena ada seorang ibu yang kartu ATM nya tertelan mesin karena dia asyik bermain dengan handphone-nya.
Sementara ibu itu kebingungan, dua orang lelaki berbisik-bisik menyalahkan si ibu,
“Hmmm…terlalu keasyikan main handphone sih..” kata lelaki bertubuh gemuk dan pendek serta memakai kaos berwarna putih.
“Iya, ‘kan biasanya kartu itu kalau tidak cepat di ambil maka akan langsung tertelan.” Kata lelaki lain yang bertubuh kurus dan tinggi serta memakai kaos berwarna kuning itu.
Sesaat kemudian antrian itu tertahan karena kejadian itu. Dan mendadak menjadi ramai karena masing-masing orang saling mengeluarkan opini mereka masing-masing. Termasuk Romlah yang memberikan saran kepada si ibu mengenai apa yang harus dilakukannya.
Tak berapa lama kemudian, orang-orang mulai kembali pada barisannya dan mengantri, tetapi Romlah sedikit kesal ketika lelaki berbaju kuning yang datang belakangan tiba-tiba menyerobot antrian. Untung orang itu hanya sebentar saja menggunakan ATM jadi kekesalan Romlah tidak berlangsung lama.
Setelah Romlah mendapatkan uangnya, maka si Romlah melanjutkan perjalanannya menuju ke pasar. Untuk ke pasar, Romlah harus melewati sebuah gereja katolik yang berseberangan dengan gereja Kristen. Karena Romlah enggan untuk kembali memutar melalui belakang gereja Kristen itu yang akan menjadikan routenya semakin jauh, maka Romlah memilih untuk melewati pasar kering dan kios-kios makanan yang terletak di dekat terminal di depan gereja Kristen.
Sementara Romlah asyik berjalan sambil terus menghafal daftar belanjaannya, tiba-tiba sandal baru Romlah putus dibarengi dengan suara laki-laki dari dalam kios makanan,
“Yaaahhh…. Putus deh sandalnya.” Kekeh lelaki itu dengan nada menggoda. Kemudian terdengar lagi suara seorang wanita,
“Sandalnya siapa yang putus?”
Tetapi pertanyaan wanita itu tidak mendapat jawaban, malahan kekehan suara lelaki itu semakin keras.
Romlah tidak memperdulikan suara-suara itu, dia kemudian mengambil sandalnya dengan santai dan mulai berpikir,
“Apabila aku lanjut perjalananku ke pasar, maka aku akan berjalan dengan kaki telanjang. Sementara pasar becek, jadi aku takut kalau kakiku gatal-gatal. Tetapi kalau aku harus berbalik pulang, cukup jauh juga aku harus kembali.”
Romlah terus berpikir sambil berjalan. Sesampainya di persimpangan jalan yang mengarahkan Romlah ke pasar dan pulang ke rumah, kaki Romlah yang mulai kepanasan karena aspal itu mengarahkannya kembali pulang.
Sesampainya di rumah, Romlah membuat teh dan duduk meluruskan kakinya dan berkata, “Ada kalanya seseorang harus berjalan cepat atau bahkan berlari. Tetapi ada kalanya kita harus kembali untuk duduk dan berdiam sejenak apabila kita terlalu cepat melangkah. Kita diminta untuk menunggu sambil menikmati waktu karena ada hal lain yang tengah dipersiapkan untuk kita, hanya saja belum selesai dikerjakan. Dan hal yang kita terima tepat pada waktunya adalah hal yang terindah untuk kita.”

1 komentar: