Jumat, 27 April 2012

Sabtu, 21 April 2012

Ballet Stories retold by Ichus Rose


“ COPPELIA “


DUA BABAK DENGAN 2 LAGU CIPTAAN DOLIVE. DIPERTUNJUKKAN PERTAMAKALI TAHUN 1870 DI OPERA PARIS.
SWANILDA, GADIS KOTA DAN KEKASIHNYA, FRANZ, TIDAK MENGETAHUI BAHWA COPPELIA ADALAH BONEKA CIPTAAN COPPERIUS, AHLI PEMBUAT BONEKA. MEREKA MENJALIN HUBUNGAN CINTA SEGITIGA DAN TIMBULLAH KERIBUTAN.



GRAND PAS DE DEUX YANG DITARIKAN DALAM ADEGAN 2 MERUPAKAN TARIAN PERKAWINAN ANTARA SWANILDA DAN FRANZ.
GRAND PAS DE DEUX DIMULAI DARI ADAGIO DILANJUTKAN VARIASI MASING-MASING PENARI YANG BISA MENUNJUKAN KEMAMPUAN DIRI MEREKA. TARIAN DIAKHIRI DENGAN CODA.

Jumat, 20 April 2012

Ballet Stories retold by Ichus Rose


“ ANAK KUDA BUNGKUK “


ADALAH KARYA ENSHOU YANG DIANGKAT DARI CERITA RAKYAT YANG DITRANSFER KE DALAM BALLET. PERTUNJUKAN I DISELENGGARAKAN PADA TAHUN 1864 DI TEATER BOLSHOI. TERDIRI DARI 4 BABAK. YANG SEKARANG DIPERTUNJUKAN ADALAH KARYA MODIFIKASI RADONSKY TAHUN 1960 TERDIRI DARI 3 BABAK.
IVAN SI BODOH DAN LAMBAN MEMBIARKAN KUDA YANG MEMPORAK-PORANDAKAN LADANGNYA LARI, TAPI SIAPA YANG MENDAPAT 2 EKOR KUDA HITAM BERSURAI EMAS DAN SEEKOR ANAK KUDA BUNGKUK. IVAN MEMBAWA MEREKA KE PASAR. RAJA SANGAT SUKA AKAN KUDA ITU. BELIAU MENUKARNYA DENGAN 10 KEPING UANG PERAK DAN IVAN-PUN DIJADIKAN SEBAGAI KEPALA PENGURUS KUDA.
IVAN DISURUH RAJA MENCARI SAYAP BURUNG API SAMBIL MEMBAWA 2 TONG BIJI JAGUNG DAN ANGGUR LUAR NEGERI.KEMUDIAN IVAN DISURUH MENCARI PUTRI SAMBIL MEMBAWA 2 HELAI NAPKIR, TENDA YANG DIJAHIT DENGAN BENANG EMAS, SELAI LUAR NEGERI DAN KUE GULA YANG ENAK. DAN PERINTAH TERAKHIR, DISURUH MENEBAK ISI PANCI. MENURUT PUTRI PANCI NOMOR 1 BERISI AIR DINGIN, PANCI NOMOR 2 BERISI AIR PANAS DAN PANCI NOMOR 3 BERISI SUSU MENDIDIH.
BERKAT BANTUAN ANAK KUDA BUNGKUK, IVAN DDAPAT MENYELESAIKAN TEKA-TEKI ITU DAN MEMPEROLEH HADIAH DARI RAJA. IA PUN MENIKAH DAN HIDUP BAHAGIA DENGAN PUTRI RAJA. SI ANAK KUDA BUNGKUK-PUN TETAP DIBIARKAN HIDUP DI LADANG IVAN.

LOVE ACTUALLY by Ichus Rose


PROLOG
Elizabeth Sang Governess


Elizabeth mengayuh sepedanya kuat-kuat melintasi padang rumput yang seakan tak berujung. Angin lembab musim gugur menerpa ke arahnya membawa serta dedaunan dan tangkai-tangkai rumput kering. Beberapa menempel di rambut dan topinya. Debu yang beterbangan menempel di wajahnya yg bersimbah keringat. Mengubah total penampilannya yang tadi pagi mirip wanita bangsawan anggun kelas atas menjadi orang-orangan sawah lengkap dengan sarang burung bertengger di kepalanya. Tapi Elizabeth tidak peduli. Hatinya sedang gundah dan juga kesal. Dia baru saja diberhentikan sebagai governess di rumah Bangsawan de Ruei tempatnya bekerja setahun terakhir ini. Dengan alasan yang sangat tidak masuk akal.

Siapa sih orang gila yang telah menyebarkan desas desus dia mempunyai affair dengan Sang Bangsawan? dan bagaimana mungkin Madame de Reui yang biasanya tenang, lembut dan bijaksana itu bisa begitu saja percaya pada kabar angin itu? Dan bahkan setelah dua jam berdebat dengan Elizabeth yang berusaha menjelaskan dan membela diri selogis mungkin, Nyonya de Ruei tetap tidak percaya dan terang-terangan menuduh Elizabeth telah menggoda suaminya. Diiringi dengan pekik histeris penuh amarah Nyonya de Ruei mendepak Elizabeth dari rumah besarnya, sebuah istana yang indah dimana hanya mereka yang cukup kaya dan beruntung saja yang dipersilahkan masuk, memecatnya dengan tidak hormat, tidak membayar gajinya bulan ini dan jelas menghancurkan karir dan reputasinya sebagai governess untuk selamanya. Dengan darah mendidih Elizabeth meninggalkan kediaman de Ruei dan bersumpah akan mengubur dan mengirim ke neraka siapapun orang yang telah memfitnah dirinya dengan keji itu.

Sepanjang perjalanan pulang tak henti-hentinya Elizabeth mencoba memikirkan alasan yang masuk akal kenapa sampai muncul gosip tentang dirinya dan Bangsawan de Ruei. Sepanjang ingatannya  selama ini Elizabeth hanya beberapa kali bertemu dengan bangsawan pengusaha separuh baya dari Perancis itu. Beliau memang terkenal suka main perempuan, tapi kan itu dengan gadis-gadis nakal di luar sana yang kebanyakan hanya ingin bersenang-senang menghabiskan harta Sang Bangsawan yang kaya raya itu. Bagaimanapun Elizabeth merasa tidak termasuk golongan mereka. Elizabeth sudah cukup merasa sangat beruntung bisa diterima bekerja dirumahnya, khusus untuk mengasuh dan mengajar putri bungsunya, Mademoisolle Louisa Margrite de Ruei yang baru berumur 6 tahun. Selain upahnya lumayan, pekerjaan ini adalah yang pertama baginya. Elizabeth juga tidak merasa Monsiour de Ruei memberinya perlakuan khusus atau terang-terangan mendekatinya. Dia hanya beberapa kali menerima hadiah darinya. Sebuah kipas bulu, saputangan sutra, sebuah kotak perhiasan dari keramik dan terakhir sebuah topi indah dengan pita satin dan ornamen bunga lilac ungu yang kemarin diterimanya sebagai oleh-oleh Monsiour de Ruei dari Paris dan baru tadi pagi dikenakannya dengan bangga. Berpikir sampai disitu Elizabeth tiba-tiba menyadari sesuatu. Dia menghentikkan laju sepedanya dan berhenti dibawah sebatang pohon poplar. Sambil meredakan napasnya yang tersengal-sengal karena mengayuh sepeda Elizabeth kembali berpikir keras. Jangan-jangan ITU akar permasalahan sebenarnya. Mungkin Madame de Ruei marah karena melihatnya memakai topi tersebut. Selama ini sepertinya Madame de Ruei tidak tahu kalau Elizabeth menerima hadiah dari suaminya. Dan sekarang dia mencurigainya karena memiliki sesuatu yang jelas berasal dari Paris dan nyata-nyata takkan bisa dibeli oleh orang seperti dirinya. Dan menilik kebiasaan suaminya, wajar saja jika Madame de Ruei berpikir dia mempunyai hubungan dengan Monsiour de Ruei.

"Sialan", tanpa sadar Elizabeth memaki," Bagaimana mungkin benda seindah itu bisa menghancurkan hidupku" desisnya.

Elizabeth berpikir mungkin sebaiknya besok ia kembali ke kediaman de Ruei, mengembalikan benda-benda pemberiannya dan menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya kepada Madame de Ruei. Mungkin dia juga perlu meminta maaf dan bila Madame de Ruei bisa diyakinkan atau cukup baik hati mungkin Elizabeth bisa memperoleh pekerjaannya kembali. Walaupun tidak merasa terlalu optimis tapi menurut Elizabeth itu adalah ide terbaik yang dimilikinya saat ini. Dia berani bertaruh bahwa jika hal ini tidak diselesaikan dengan baik maka karir dan reputasinya akan benar-benar tamat. Elizabeth yakin jika Madame de Ruei membuka mulut maka tidak akan ada seorangpun diseluruh Inggris Raya yang mau mempekerjakan dirinya, bahkan jika dia tidak meminta bayaran sekalipun.

Sampai disitu Elizabeth menghentikan  kegiatan berpikirnya. Dia tidak ingin meracuni dirinya sendiri dengan pikiran-pikiran lainnya yang lebih parah. Elizabeth bersiap mengayuh sepedanya lagi dan menyadari entah sejak kapan langit telah menjadi gelap. Sepertinya hujan disertai angin kencang akan segera mengguyur daerah Surrey dan sekitarnya sedangkan rumahnya masih jauh. Separuh hari ini telah dilewatinya dengan kejadian tidak menyenangkan. Elizabeth tidak ingin menambahkan kehujanan dan kedinginan sebagai salah satunya jadi ia mengayuh sepedanya secepat-cepatnya sepanjang jalan pulang menghindari terpaan hujan yang mulai turun.

Selasa, 17 April 2012

The Red Shoes, A Ballet Story retold by Ichus Rose


“ THE RED SHOES “


CERITA TENTANG BALERINA YANG TRAGIS DAN INDAH. DIBUAT DI INGGRIS PADA TAHUN 1948 DAN TELAH MENIMBULKAN SENSASI BESAR DI SELURUH DUNIA.
CERITA INI DIDASARKAN PADA CERITA ANAK-ANAK CIPTAAN HANS ANDERSEN YANG MENGGAMBARKAN KAREN YANG HARUS TERUS MENARI  SAMPAI KAKINYA TERLUKA.
DALAM CERITA INI, PEMERAN UTAMA HARUS MEMILIH ANTARA CINTA DAN BALLET. PADA AWALNYA IA MEMILIH BALLET. KAREN YANG MEMILIH BALLET AKHIRNYA MENINGGAL DUNIA. CERITA INI SANGAT MENGHARUKAN PENONTON.