Kamis, 04 Juli 2013

Bengkel

by: Janti Fitri

Seorang guru dan murid tengah duduk di ruang ketrampilan. Sang guru mengajarkan cara membuat bunga dari pita-pita. Sebelumnya sang guru memberikan contoh kepada sang murid bagaimana cara menggunting pita-pita, melilitnya dan merekatkannya pada kawat-kawat kecil.
Sang murid memperhatikan dengan seksama bagaimana caranya membuat bunga-bunga itu. Tetapi pada suatu kesempatan, perhatian sang murid teralih karena sapaan murid perempuan yang disukainya dari luar jendela kelas. Sang murid tersenyum manis membalas sapaan gadis jelita itu.
Sang guru dengan sabar mengingatkan sang murid untuk kembali memperhatikan penjelasannya. Dan kembalilah perhatian sang murid kepada gurunya. Merasa sang murid sudah memahami cara membuat bunga, lalu sang guru meminta sang murid untuk membuatnya sendiri. Menit demi menit terus berlalu dan tangan sang murid mulai mengukur pita dan memotong pita itu. Tetapi ternyata sang murid salah memotong pita dan ukurannya tidak tepat,
“Jadi bagaimana ini, guru? Potongannya salah. Saya buang saja ya dan saya akan kembali memotong pita yang lain.” Kata sang murid kepada gurunya.
“kemarikan pitamu, siapa tahu masih dapat digunakan untuk hal yang lain. Jangan dibuang!” kata sang guru kepada muridnya.
Merasa bahwa gurunya berpikir untuk memanfaatkan pita yang salah itu, maka si murid berpikir, “JIka guruku bisa, akupun pasti bisa.” Lalu kemudian katanya kepada sang guru,
“Tidak guru, biar saya saja yang memperbaikinya. Kalau guru saja bisa, masakan saya muridnya tidak bisa memperbaiki kesalahan yang saya buat sendiri.” Kata sang murid. Sang guru membiarkan sang murid melakukan hal yang menurut sang murid itu benar.
Beberapa saat kemudian sang murid sudah memutar otak untuk memperbaiki potongan pita itu, tetapi bukannya ditemukan sebuah solusi yang baik, malahan pita itu semakin kusut dan potongannya semakin jauh dari tepat. Kemudian sang guru berkata,
“Bawalah kemari biar aku perbaiki. Ada kalanya, sebuah kesalahan yang kita buat tidak mampu kita selesaikan sendiri. Itulah saat yang tepat untuk kita meminta bantuan seseorang. Mungkin orang itu lebih dahulu mengetahuinya daripada kita. Mungkin orang itu sebelumnya pernah mengalami hal yang serupa sehingga tahu bagaimana cara mengurainya.”

Kemudian sang murid menyerahkan pita itu dengan sedikit enggan karena merasa harga dirinya sempat tercabik. Tetapi kali ini dia menurut saja.

Tangan terampil sang guru mulai menjalin pita-pita itu dan menjadikannya bentuk bunga yang lain yang tidak kalah cantik dengan desain sebelumnya walaupun ukurannya jauh lebih kecil dari desain bunga yang sebelumnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar