By: Janti Fitri
Perjalanan
ke pasar memakan waktu sebentar. Jarak antara pasar dan rumah memang tidak
jauh, tetapi juga tidak dekat untuk ditempuh. Apabila naik ojek, perjalanan ke
pasar hanya di tempuh dalam waktu 5 menit. Tetapi jika berjalan kaki membutuhkan
waktu 15 menit.
Tetapi
perjalanan ke pasar dengan ojek bukanlah hal yang biasa dilakukan oleh Romlah.
Romlah lebih memilih untuk berjalan kaki dengan alasan:
1. Hemat!
Dengan uang Rp. 4.000,00 jatah ongkos ojek dapat digunakan Romlah untuk membeli
2 bungkul bawang putih yang berharga Rp. 3.000,00 dan 1 bungkus kecap manis.
2. Romlah
harus mampir untuk mengambil uang di ATM dan Romlah tidak mau merugikan waktu
tukang ojek yang seharusnya sudah mampu untuk mendapatkan penumpang yang lain
selama dia harus menunggu Romlah mengantri di ATM saat tanggal gajian.
3. Romlah
ingin tetap mempertahankan tubuhnya agar tetap langsing dan singset walaupun
sudah berumur 30-an tahun. Dengan jalan kaki, Romlah berpendapat bahwa dia
mampu membakar lemak-lemak di tubuhnya yang akan tetap membuatnya sehat.
Jadi,
walaupun banyak tukang ojek yang memaki-makinya karena tidak mau memakai jasa
mereka, tetapi si Romlah tetap pada pendiriannya.
Dan
seperti hari sabtu biasanya, Romlah berjalan kaki ke pasar dengan menggunakan
sandal barunya yang dibeli melalui home shopping.
Di
hari yang cerah itu, Romlah berjalan dengan santai menuju ke ATM yang terletak
di depan sebuah lapangan dan mulai mengantri. Cukup lama juga Romlah mengantri
karena ada seorang ibu yang kartu ATM nya tertelan mesin karena dia asyik
bermain dengan handphone-nya.
Sementara
ibu itu kebingungan, dua orang lelaki berbisik-bisik menyalahkan si ibu,
“Hmmm…terlalu
keasyikan main handphone sih..” kata lelaki bertubuh gemuk dan pendek serta
memakai kaos berwarna putih.
“Iya,
‘kan biasanya kartu itu kalau tidak cepat di ambil maka akan langsung
tertelan.” Kata lelaki lain yang bertubuh kurus dan tinggi serta memakai kaos
berwarna kuning itu.
Sesaat
kemudian antrian itu tertahan karena kejadian itu. Dan mendadak menjadi ramai
karena masing-masing orang saling mengeluarkan opini mereka masing-masing.
Termasuk Romlah yang memberikan saran kepada si ibu mengenai apa yang harus
dilakukannya.
Tak
berapa lama kemudian, orang-orang mulai kembali pada barisannya dan mengantri, tetapi
Romlah sedikit kesal ketika lelaki berbaju kuning yang datang belakangan
tiba-tiba menyerobot antrian. Untung orang itu hanya sebentar saja menggunakan
ATM jadi kekesalan Romlah tidak berlangsung lama.
Setelah
Romlah mendapatkan uangnya, maka si Romlah melanjutkan perjalanannya menuju ke
pasar. Untuk ke pasar, Romlah harus melewati sebuah gereja katolik yang
berseberangan dengan gereja Kristen. Karena Romlah enggan untuk kembali memutar
melalui belakang gereja Kristen itu yang akan menjadikan routenya semakin jauh,
maka Romlah memilih untuk melewati pasar kering dan kios-kios makanan yang
terletak di dekat terminal di depan gereja Kristen.
Sementara
Romlah asyik berjalan sambil terus menghafal daftar belanjaannya, tiba-tiba
sandal baru Romlah putus dibarengi dengan suara laki-laki dari dalam kios
makanan,
“Yaaahhh….
Putus deh sandalnya.” Kekeh lelaki itu dengan nada menggoda. Kemudian terdengar
lagi suara seorang wanita,
“Sandalnya
siapa yang putus?”
Tetapi
pertanyaan wanita itu tidak mendapat jawaban, malahan kekehan suara lelaki itu
semakin keras.
Romlah
tidak memperdulikan suara-suara itu, dia kemudian mengambil sandalnya dengan
santai dan mulai berpikir,
“Apabila
aku lanjut perjalananku ke pasar, maka aku akan berjalan dengan kaki telanjang.
Sementara pasar becek, jadi aku takut kalau kakiku gatal-gatal. Tetapi kalau
aku harus berbalik pulang, cukup jauh juga aku harus kembali.”
Romlah
terus berpikir sambil berjalan. Sesampainya di persimpangan jalan yang
mengarahkan Romlah ke pasar dan pulang ke rumah, kaki Romlah yang mulai
kepanasan karena aspal itu mengarahkannya kembali pulang.
Sesampainya
di rumah, Romlah membuat teh dan duduk meluruskan kakinya dan berkata, “Ada
kalanya seseorang harus berjalan cepat atau bahkan berlari. Tetapi ada kalanya
kita harus kembali untuk duduk dan berdiam sejenak apabila kita terlalu cepat
melangkah. Kita diminta untuk menunggu sambil menikmati waktu karena ada hal
lain yang tengah dipersiapkan untuk kita, hanya saja belum selesai dikerjakan.
Dan hal yang kita terima tepat pada waktunya adalah hal yang terindah untuk
kita.”
Terima kasih responnya readerholics
BalasHapus