by: Janti Fitri
Seorang
guru dan murid tengah duduk di ruang ketrampilan. Sang guru mengajarkan cara
membuat bunga dari pita-pita. Sebelumnya sang guru memberikan contoh kepada
sang murid bagaimana cara menggunting pita-pita, melilitnya dan merekatkannya
pada kawat-kawat kecil.
Sang
murid memperhatikan dengan seksama bagaimana caranya membuat bunga-bunga itu.
Tetapi pada suatu kesempatan, perhatian sang murid teralih karena sapaan murid
perempuan yang disukainya dari luar jendela kelas. Sang murid tersenyum manis membalas
sapaan gadis jelita itu.
Sang
guru dengan sabar mengingatkan sang murid untuk kembali memperhatikan
penjelasannya. Dan kembalilah perhatian sang murid kepada gurunya. Merasa sang
murid sudah memahami cara membuat bunga, lalu sang guru meminta sang murid
untuk membuatnya sendiri. Menit demi menit terus berlalu dan tangan sang murid
mulai mengukur pita dan memotong pita itu. Tetapi ternyata sang murid salah
memotong pita dan ukurannya tidak tepat,
“Jadi
bagaimana ini, guru? Potongannya salah. Saya buang saja ya dan saya akan
kembali memotong pita yang lain.” Kata sang murid kepada gurunya.
“kemarikan
pitamu, siapa tahu masih dapat digunakan untuk hal yang lain. Jangan dibuang!”
kata sang guru kepada muridnya.
Merasa
bahwa gurunya berpikir untuk memanfaatkan pita yang salah itu, maka si murid
berpikir, “JIka guruku bisa, akupun pasti bisa.” Lalu kemudian katanya kepada
sang guru,
“Tidak
guru, biar saya saja yang memperbaikinya. Kalau guru saja bisa, masakan saya
muridnya tidak bisa memperbaiki kesalahan yang saya buat sendiri.” Kata sang
murid. Sang guru membiarkan sang murid melakukan hal yang menurut sang murid
itu benar.
Beberapa
saat kemudian sang murid sudah memutar otak untuk memperbaiki potongan pita
itu, tetapi bukannya ditemukan sebuah solusi yang baik, malahan pita itu
semakin kusut dan potongannya semakin jauh dari tepat. Kemudian sang guru
berkata,
“Bawalah
kemari biar aku perbaiki. Ada kalanya, sebuah kesalahan yang kita buat tidak
mampu kita selesaikan sendiri. Itulah saat yang tepat untuk kita meminta
bantuan seseorang. Mungkin orang itu lebih dahulu mengetahuinya daripada kita.
Mungkin orang itu sebelumnya pernah mengalami hal yang serupa sehingga tahu
bagaimana cara mengurainya.”
Kemudian
sang murid menyerahkan pita itu dengan sedikit enggan karena merasa harga
dirinya sempat tercabik. Tetapi kali ini dia menurut saja.
Tangan
terampil sang guru mulai menjalin pita-pita itu dan menjadikannya bentuk bunga
yang lain yang tidak kalah cantik dengan desain sebelumnya walaupun ukurannya
jauh lebih kecil dari desain bunga yang sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar