Masa-masa
Penggangguran
Semenjak diberhentikan dari pekerjaannya sebulan yang lalu Elizabeth
belum juga mendapat pekerjaan sebagai governess lagi. Kegiatannya akhir-akhir
ini praktis hanya mengurusi rumah. Dan tinggal di rumah jelas-jelas tidak
mendidik bagi Elizabeth. Belum lagi sangat membosankan. Dan juga membuatnya
selalu uring-uringan. Banyak sebenarnya yang bisa ia kerjakan, seperti membantu
bibinya memasak, mengurusi laundri, membersihkan dan menata rumah, dan tetek
bengek lainnya. Tapi bagi Elizabeth itu semua bukan pekerjaan yang ingin dia
lakukan. Maka tidak heran jika mulutnya selalu mengoceh dan mengeluh setiap
kali mengerjakan salah satu tugas yang diberikan Bibinya. Dan Bibi Charllote
yang mulai sebal dengan tingkahnya akhirnya memberi tugas yang dirasanya akan
cukup memberi jarak cukup jauh bagi telinganya untuk bisa mendengar keluhan
Elizabeth yaitu dengan menyuruhnya menyiangi kebun yang terletak disamping
rumah.
Sebenarnya pekerjaan rumah tidaklah terlalu berat, karena Elizabeth hanya
tinggal bersama dengan ayahnya, bibi serta pamannya. Bibi Charllote biasa
mengurusi sendiri rumah tangganya setelah suaminya, kakaknya dan Elizabeth
pergi bekerja. Paman Henry dan Pak Montgomery bekerja di ladang Bradford tidak
jauh dari situ. Namun setelah Elizabeth mengganggur, mau tidak mau ia ikut
membantu bibinya, walaupun menurut Bibi Charllote lebih sebagai gangguan
daripada bantuan. Maka betapa sangat terkejutnya dia...yaa lebih tepatnya putus
asa melihat hasil pekerjaan Elizabeth siang itu di kebun. Petak-petak sayurnya
berantakan, beberapa selada kehilangan daunnya, petak lobak dan bit berlubang
dimana- mana, beberapa tanah berserakan disana-sini, belum lagi kebun bunganya
yang biasa tertata rapi dan berbunga indah, sekarang didapatinya berantakan
seperti habis diterpa badai. Beberapa pokok mawarnya gundul, sebagian batang
dan rantingnya menghilang, sebagian pohon bunganya yang lain lagi seperti
terpangkas dengan bentuk tidak karuan, sebagian miring, sebagian melengkung,
bunga-bunganya menghilang dan kebunnya terlihat sepi dan sangat menyedihkan.
Dengan pekikan segalak elang Bibi Charllote memanggil Elizabeth.
Dan disanalah, disudut perapian di ruang keluarga, dalang dari semua
kekacauan itu didapatinya sedang menyusun jambangan bunga dan mengisinya dengan
apa yang mirip dari hasil kebunnya, pakis, sayur, bunga-bunga liar dan sebagian
besar ranting-ranting bunga mawar kesayangannya.
“ Eliz....” panggil Bibi Charllote sambil memegangi dadanya menahan
emosi, “ Apa sebenarnya yang telah kau lakukan dengan kebunku?, tanyanya
Elizabeth menghentikan sejenak kegiatannya dan memandangi hasil karyanya,
“ Aku ingin merangkai bunga...” jawabnya sambil lalu.
“ Aku menyuruhmu membersihkan dan menyiangi rumput, bukan memindahkan
hasil kebunku kedalam rumah, dan mengacaukan tanamanku”, jelas Bibi Charllote, “
Dan jujur saja, merangkai bunga tidak cocok untukmu ”.
Elizabeth mendesah, “ Arrrggghhhh....aku mencoba mengeluarkan sisi
femininku, tidak tahukah bibi aku mencoba berkreasi?”
“ Kalau itu yang kau coba lakukan, jelas aku bukan orang yang tepat untuk
itu dan aku tidak mengerti sisi femininmu yang sebelah mana yang kau coba
tampakan disini.”
Elizabeth memonyongkan bibirnya tidak setuju. Bibi Charllote menghela
nafas, katanya,” Sudahlah, mari kita istirahat, sudah mendekati saat makan
siang, aku akan memasak dan kau, sana bersihkan dirimu dan JANGAN SENTUH LAGI
KEBUNKU!”.
Elizabeth menurut. Tidak ada gunanya membantah. Sebenarnya dia juga
merasa bersalah dan kasihan kepada bibinya. Maka setelah mandi dan membersihkan
diri Elizabeth mencoba membantu ehem...menganggu bibinya sesedikit mungkin. Dan
ternyata Bibi Charllote telah mempersiapkan tugas khusus untuknya setelah makan
siang. Karena Pak Montgomery dan Paman Henry bekerja diladang nan jauh disana, mereka
tidak makan siang dirumah dan biasanya membawa bekal masing-masing. Tapi
berhubung Elizabeth butuh penyaluran energi jadi Bibi Charllote memutuskan untuk
mengirimi mereka camilan dan kue-kue untuk dinikmati sore hari saat minum teh.
Maka dengan menaiki sepeda kesayangannya sore itu Elizabeth menuju ke
ladang Bradford sekitar 1 mil dari rumahnya.
Mana lanjutannya? Ditunggu cerita berikutnya yaaa......;-)
BalasHapus