PROLOG
Elizabeth mengayuh sepedanya kuat-kuat melintasi padang
rumput yang seakan tak berujung. Angin lembab musim gugur menerpa ke arahnya
membawa serta dedaunan dan tangkai-tangkai rumput kering. Beberapa menempel di
rambut dan topinya. Debu yang beterbangan menempel di wajahnya yg bersimbah
keringat. Mengubah total penampilannya yang tadi pagi mirip wanita bangsawan
anggun kelas atas menjadi orang-orangan sawah lengkap dengan sarang burung
bertengger di kepalanya. Tapi Elizabeth tidak peduli. Hatinya sedang gundah dan
juga kesal. Dia baru saja diberhentikan sebagai governess di rumah Bangsawan de
Ruei tempatnya bekerja setahun terakhir ini. Dengan alasan yang sangat tidak
masuk akal.
Siapa sih orang gila yang telah menyebarkan desas desus
dia mempunyai affair dengan Sang Bangsawan? dan bagaimana mungkin Madame de
Reui yang biasanya tenang, lembut dan bijaksana itu bisa begitu saja percaya
pada kabar angin itu? Dan bahkan setelah dua jam berdebat dengan Elizabeth yang
berusaha menjelaskan dan membela diri selogis mungkin, Nyonya de Ruei tetap
tidak percaya dan terang-terangan menuduh Elizabeth telah menggoda suaminya.
Diiringi dengan pekik histeris penuh amarah Nyonya de Ruei mendepak Elizabeth
dari rumah besarnya, sebuah istana yang indah dimana hanya mereka yang cukup kaya dan
beruntung saja yang dipersilahkan masuk, memecatnya dengan tidak hormat, tidak
membayar gajinya bulan ini dan jelas menghancurkan karir dan reputasinya
sebagai governess untuk selamanya. Dengan darah mendidih Elizabeth meninggalkan
kediaman de Ruei dan bersumpah akan mengubur dan mengirim ke neraka siapapun
orang yang telah memfitnah dirinya dengan keji itu.
Sepanjang perjalanan pulang tak henti-hentinya Elizabeth
mencoba memikirkan alasan yang masuk akal kenapa sampai muncul gosip tentang
dirinya dan Bangsawan de Ruei. Sepanjang ingatannya selama ini Elizabeth hanya beberapa kali
bertemu dengan bangsawan pengusaha separuh baya dari Perancis itu. Beliau
memang terkenal suka main perempuan, tapi kan itu dengan gadis-gadis nakal di luar sana
yang kebanyakan hanya ingin bersenang-senang menghabiskan harta Sang Bangsawan
yang kaya raya itu. Bagaimanapun Elizabeth merasa tidak termasuk golongan
mereka. Elizabeth sudah cukup merasa sangat beruntung bisa diterima bekerja dirumahnya,
khusus untuk mengasuh dan mengajar putri bungsunya, Mademoisolle Louisa
Margrite de Ruei yang baru berumur 6 tahun. Selain upahnya lumayan, pekerjaan
ini adalah yang pertama baginya. Elizabeth juga tidak merasa Monsiour de Ruei
memberinya perlakuan khusus atau terang-terangan mendekatinya. Dia hanya
beberapa kali menerima hadiah darinya. Sebuah kipas bulu, saputangan sutra,
sebuah kotak perhiasan dari keramik dan terakhir sebuah topi indah dengan pita
satin dan ornamen bunga lilac ungu yang kemarin diterimanya sebagai oleh-oleh
Monsiour de Ruei dari Paris dan baru tadi pagi dikenakannya dengan bangga.
Berpikir sampai disitu Elizabeth tiba-tiba menyadari sesuatu. Dia
menghentikkan laju sepedanya dan berhenti dibawah sebatang pohon poplar. Sambil
meredakan napasnya yang tersengal-sengal karena mengayuh sepeda Elizabeth
kembali berpikir keras. Jangan-jangan ITU akar permasalahan sebenarnya. Mungkin Madame de
Ruei marah karena melihatnya memakai topi tersebut. Selama ini sepertinya
Madame de Ruei tidak tahu kalau Elizabeth menerima hadiah dari suaminya. Dan
sekarang dia mencurigainya karena memiliki sesuatu yang jelas berasal dari
Paris dan nyata-nyata takkan bisa dibeli oleh orang seperti dirinya. Dan
menilik kebiasaan suaminya, wajar saja jika Madame de Ruei berpikir dia
mempunyai hubungan dengan Monsiour de Ruei.
"Sialan", tanpa sadar Elizabeth memaki,"
Bagaimana mungkin benda seindah itu bisa menghancurkan hidupku" desisnya.
Elizabeth berpikir mungkin sebaiknya besok ia kembali ke
kediaman de Ruei, mengembalikan benda-benda pemberiannya dan menjelaskan duduk
persoalan yang sebenarnya kepada Madame de Ruei. Mungkin dia juga perlu meminta
maaf dan bila Madame de Ruei bisa diyakinkan atau cukup baik hati mungkin
Elizabeth bisa memperoleh pekerjaannya kembali. Walaupun tidak merasa terlalu
optimis tapi menurut Elizabeth itu adalah ide terbaik yang dimilikinya saat
ini. Dia berani bertaruh bahwa jika hal ini tidak diselesaikan dengan baik maka
karir dan reputasinya akan benar-benar tamat. Elizabeth yakin jika Madame de
Ruei membuka mulut maka tidak akan ada seorangpun diseluruh Inggris Raya yang
mau mempekerjakan dirinya, bahkan jika dia tidak meminta bayaran sekalipun.
Sampai disitu Elizabeth menghentikan kegiatan berpikirnya. Dia tidak ingin
meracuni dirinya sendiri dengan pikiran-pikiran lainnya yang lebih parah.
Elizabeth bersiap mengayuh sepedanya lagi dan menyadari entah sejak kapan
langit telah menjadi gelap. Sepertinya hujan disertai angin kencang akan segera
mengguyur daerah Surrey dan sekitarnya sedangkan rumahnya masih jauh. Separuh
hari ini telah dilewatinya dengan kejadian tidak menyenangkan. Elizabeth tidak
ingin menambahkan kehujanan dan kedinginan sebagai salah satunya jadi ia
mengayuh sepedanya secepat-cepatnya sepanjang jalan pulang menghindari terpaan hujan yang mulai turun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar