by : Janti Fitri
setiap permainan pasti ada yang kalah dan yang menang selain itu ada pula penonton yang akan menjadi penilai, baik itu salah maupun benar |
Suara
musik pengiring permainan di telepon seluler memenuhi ruangan seorang anak
laki-laki tanggung. Mata dan tangan anak itu beraktifitas keras demi
tercapainya tujuannya untuk mengalahkan permainan di telepon seluler. Ambisi
anak itu hanya satu yaitu memenangkan permainan itu.
Setiap
hari anak laki-laki itu melewatkan waktunya berjam-jam hanya untuk mengalahkan
satu-satunya game yang ada di telepon selulernya. Entah itu pagi, siang, sore
maupun malam. Baik di rumah, di sekolah, di halte bis dan bahkan di dalam kamar
mandi, anak itu selalu meluangkan waktunya untuk mencetak skor dan menaikan
level permainannya.
Tak
jarang pula terlihat si anak berdiam diri untuk memikirkan strategi untuk
mengalahkan telepon genggamnya agar dia mampu naik ke level berikutnya. Apabila
anak itu sudah mendapatkan strategi yang tepat untuk mencetak skor, maka anak
itu akan kembali pada telepon selulernya dan mulai memainkan gamenya.
Berbulan-bulan
akhirnya anak itu berhasil mencapai level tertinggi pada permainan itu dengan
skor yang tertinggi pula. Anak itu merasa puas dan senang karena ambisinya
sudah tercapai.
Tetapi
tiba-tiba anak itu tercenung, “Lalu apa lagi setelah ini?” batin si anak. Si
bocah merasa kehilangan semangat berjuangnya. Si bocah kehilangan keinginannya.
Tidak ada lagi sesuatu yang harus dikejar-kejarnya. Semangat untuk cepat-cepat
membuka telepon seluler dan memikirkan senangnya saat dia melewati level demi
level kini tidak ada lagi.
“Kalau
sudah tercapai, lalu apa?” tanya anak itu dalam hati. Dengan keengganannya anak
itu mulai beralih pada permainan-permainan yang baru. Anak itu memulai kembali
dari awal sebuah permainan yang baru dan akan selalu begitu.
Si
bocah tersenyum simpul sambil berkata “Akan selalu seperti ini, begitu pula
seseorang yang berambisi akan suatu hal, dengan semangat dia akan mengejarnya
dan berusaha keras untuk mendapatkannya, tetapi setelah itu semua tercapai,
kemudian mereka akan kehilangan ambisi itu sendiri dan berkata, lalu apa?”